Sabtu, 09 Januari 2010

Etika Makan dan Minum Bagi Seorang Muslim

Dalam Tubuh manusia, ada dua sistem organ yang langsung kontak dengan dunia luar, yaitu sistem pernapasan san sistem pencernaan, sehingga kedua organ tersebut merupakan bagian yang rentan untuk terserang penyakit.

Saluran pencernaan manusia diibaratkan seperti sebuah selang yang terbuka begitu saja. Sejak dari mulut hingga anus sesungguhnya ia tidak memiliki pintu definitive, kecuali beberapa “pintu semu” yang terdiri dari otot-otot polos (Musculus spinchter), sehingga logis saluran ini mudah menjadi port d’ entry bagi segala macam penyakit. Demikian juga Rasulullah mengatakan “perut itu gudang penyakit” (Hadis Muslim). Menurut data Depkes 2002, penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit diare, gastroenteritis yang merupakan infeksi saluran pencernaan.

Sebagai dokter muslim harus mengetahui makna makan dalam Islam. Allah menjelaskan dalam beberapa ayat pada surat Al Baqarah tentang hal ini. Begitu juga dengan hadis Rasulullah Saw. yang banyak menjelaskan tentang etika dan tata cara makan yang baik.
Allah Swt. berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 172,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa kita sebagai orang-orang yang beriman, harus memenuhi gizi dengan makanan-makanan yang baik dan harus mensyukuri atas nikmat itu.

Pada ayat selanjutnya, juga dijelaskan tentang makanan-makanan yang haram untuk dimakan. Makanan-makanan yang haram ini juga tidak baik untuk kesehatan manusia. Selain itu juga dijelaskan tentang pentingnya makan makanan yang halal dan didapatkan dengan cara yang halal juga, seperti pada Surat Al Baqarah ayat 174.

Berikut ini adalah adab makan dan minum yang dicontohkan oleh Nabi:
1. Membaca basmalah ketika hendak makan, dan mengakhiri dengan membaca hamdalah. Barangkali hikmah membaca basmalah dan hamdalah adalah seorang muslim selalu mengingat bahwa makanan yang disantap tidak lain adalah nikmat dan anugerah dari Allah yang Maha Lembut dan Maha Tahu. Dia akan terhindar dari sikap berlebih-lebihan dan mubadzir. Seorang muslim juga akan selalu sadar bahwa makanan bukan tujuan akhir, tapi sarana menambah kekuatan untuk menuju ketaatan kepada Allah, memakmurkan bumi dan menaburinya dengan kebaikan.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
3. Menjauhi dari sikap berlebihan dan rakus.
4. Makan dengan tiga jari. Dengan tiga jari berarti kita telah bersikap seimbang. Sebagaimana dikatakan bahwa makan dengan lima jari menunjukkan kerakusan, sedangkan makan dengan satu atau dua jari menunjukkan kesombongan dan keangkuhan.
5. Duduk tegak lurus saat makan dan tidak bersandar.Rasulullah melarang seseorang makan sambil bersandar karena membahayakan kesehatan dan mengganggu pencernaan lambung.
6. Minum dengan tiga kali tegukan.
7. Mendahulukan makan buah-buahan sebelum makan daging. Hal ini sebagai upaya untuk mengikuti apa yang dilakukan para penghuni surga. Dalilnya adalah Qur’an surat al-Waqi’ah ayat 20-21: ”Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan”.
8. Menutup makanan dan minuman di atas meja.Nabi mewajibkan menutup makanan untuk melindunginya dari pencemaran, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi saw.:”Tutuplah bejana”. (HR. Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah)
9. Mencuci mulut (berkumur) sebelum dan setelah makan.Hal ini dimaksudkan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan dan bakteri.
10. Suplemen makanan terbaik adalah madu.
11. Tidak memasukkan makanan pada makanan. Ada dua pendapat mengenai maksud dari memasukkan makanan pada makanan. Pendapat pertama adalah kita dilarang makan kecuali setelah dua jam dari waktu makan berat. Pendapat kedua adalah kita dilarang menyuap makanan ke dalam mulut pada saat masih ada makanan di dalamnya. Dunia kedokteran modern membuktikan bahwa kedua hal tersebut memang berdampak negative pada kesehatan.
12. Menjilati jari dan tempat makan. Menjilati tempat bekas makan akan sangat membantu pencernaan. Rasulullah saw bersabda:”Apabila salah seorang di antara kalian selesai makan, hendaklah dia tidak membersihkan tangannya sehingga menjilatinya”. (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Tabrani)
13. Nabi melarang menggabungkan antara susu dan ikan, cuka dan susu, cuka dan ikan, buah dan susu, cuka dan nasi, delima dengan tepung, kubis (kol) dengan ikan, bawang putih dengan bawang merah, makanan lama dengan makanan baru, makanan asam dengan makanan pedas, makanan panas dengan makanan dingin.
14. Tidak tidur setelah makan. Nabi menganjurkan seseorang berjalan-jalan setelah makan malam. Tapi bisa juga digantikan oleh shalat. Hal ini dimaksudkan agar makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan tepat sehingga bisa dicerna dengan baik. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi saw bersabda:”Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah yang Mahatinggi dan shalat, serta janganlah kalian tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian menjadi keras”. (HR. Abu Naim dengan sanad dha’if)Diriwayatkan dari Anas dengan status marfu’:”Makan malamlah sekalipun hanya dengan kurma kering (yang rusak), karena meninggalkan makan malam dapat mempercepat penuaan”.
15. Makan bersama-sama dan tidak sendiri-sendiri. Hal ini menyebarkan sekaligus menciptakan nuansa penuh kasih saying.
16. Makan sambil berbincang dan tidak diam.Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana rileks dan menyenangkan saat makan.
17. Menghormati budaya dan tradisi makan yang ada di tempat kita makan. Dilarang menghina atau membenci makanan, sekalipun makanan itu di luar kebiasaan kita.
18. Bersikap lembut terhadap orang sakit dengan tidak memaksakan makanan tertentu.
19. Menjaga perasaan orang lain dengan tidak membelakangi posisi mereka. Hal ini bisa menyebabkan terganggunya selera makan orang tersebut.
20. Tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu panas dan minuman yang terlalu dingin.

Sumber:
1. Hashman, Ade. 2009. Kenapa Rasulullah Saw. Tidak Pernah Sakit?. Jakarta: Hikmah.
1. Fakhrurrozi, Muhammad. 2009. Pola Makan Rasulullah Saw. www.aswajanetwork.com

Penggunaan Tangan Kanan Untuk Pemanfaatan Otak Kiri


Selain itu pada hadist-hadist Rasulullah ditegaskan tentang etika makan dan minum. Disunnatkan makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu sesudahnya. Diriwayatkan dari Ka`ab bin Malik dari ayahnya, ia menuturkan: “Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam makan dengan tiga jari dan ia menjilatinya sebelum mengelapnya”. (HR. Muslim).

Tiga jari ini adalah jempol, telunjuk, dan jari tengah. Rasulullah selalu makan menggunakan tiga jari, karena saat itu tidak menemukan hal lain selain jari yang dapat dipastikan bersih sehingga dapat dipergunakan untuk makan. Kemudian Rasulullah menjilat jari-jari karena menurutnya kita tidak tahu di bagian mana dari makanan kita yang mengandung berkah. Dengan demikian makan dengan tiga jari dan menjilatnya merupakan upaya mengikuti sunnah Rasul dan bernilai ibadah.
Tetapi Apakah tidak boleh dengan empat atau lima jari? Sebenarnya tidak harus menggunakan tiga jari saja. Makan menggunakan lebih dari tiga jari diperbolehkan jika makanan itu mengandung kuah atau sejenisnya yang tidak mungkin dimakan dengan tiga jari.
Lalu apa hikmah dari makan menggunakan jari tangan? Imam Al-Ghazali, dalam kitab Ihya’ Ulumiddinnya, menjelaskan, “Aktifitas makan itu dapat dilihat dari 4 sisi, yaitu makan dengan menggunakan satu jari dapat menghindarkan seseorang dari sifat marah, dengan dua jari akan menghindarkan dari sifat sombong, makan dengan tiga jari akan menghindarkan dari sifat lupa dan makan dengan menggunakan empat atau lima jari dapat menghindarkan dari sifat rakus.
Kemudian mengapa Rasulullah menggunakan tiga jari? sesungguhnya makan menggunakan tiga jari akan membuat setiap orang dapat mengukur porsi makanan yang cocok bagi dirinya. Ia juga dapat menjadikan setiap suap yang masuk ke dalam mulut dapat dikunyah dan bercampur dengan air liur dengan baik sehingga kita tidak akan mengalami gangguan pencernaan.
Nabi menganjurkan bila akan menyentuh makanan selalu menggunakan tangan kanan. Tangan kanan menjadi bagian yang dominan dalam adab-adab Islam, selain masuk ke dalam toilet dan istinjak, Nabi selalu menganjurkan penggunaan tangan kanan. Relevansi yang mungkin bisa dipetik dalam konteks penggunaan tangan kanan adalah dipergunakannya otak kiri dalam memutuskan sesuatu. Otak kiri merupakan sumber aliran syaraf motorik ke sisi sebelah kanan termasuk tangan kanan. Otak kiri dikenal dengan otak berpikir yang lebih menggunakan kemampuan olah analitis dan rasional, sedangkan otak kanan secara umum disebut sebagai otak “merasa” ekspresif dan Instingtif. Makan dengan tangan kanan dapat diartikan makan dengan penuh pertimbangan yang rasional tidak berlebih-lebihan dan melibatkan analisis kritis akan manfaat menu yang akan dimakan.
Sumber:
1. Hashman, Ade. 2009. Kenapa Rasulullah Saw. Tidak Pernah Sakit?. Jakarta: Hikmah.
1. As- sayyid, Busith Muhammad. 2008. Inilah Makanan Rasulullah SAW. www.pks-jaksel.or.id